Nyinyir menyinyir

Nyinyir. Menurut KBBI, arti kata nyinyir adalah…

nyi·nyir a mengulang-ulang perintah atau permintaan; nyenyeh; cerewet: nenekku kadang-kadang — , bosan aku mendengarkannya;
ke·nyi·nyir·an n hal (keadaan, sifat) nyinyir

Tapi siapa sangka, bahasa toh nyatanya bisa berkembang dan berubah maknanya, tergantung umat manusia mau pake kaya gimana. Dan pada akhirnya, kita mendapati nyinyir sebagai suatu hal yang bermakna negatif.

Nyinyir mulai berubah dan diartikan sebagai: nyindir.

Kasian, kalau nyinyir bisa ngomong mungkin dia sedih karena arti dia yang udah disepakati oleh profesor-profesor ahli bahasa lulusan S-3 malah dipelintir dan dikenal buruk akibat sering diperbincangkan di forum-forum gosip. Down graded abis.

Anyway terlepas dari intro saya yang nggak terlalu jelas, toh pada akhirnya kita sepakat juga kalau nyinyir jadi kata yang paling hits akhir-akhir ini. Di medsos atau di kehidupan nyata. Laki-laki atau perempuan. Tua atau muda.

Mengglobal deh si nyinyir ini.

Bentuk dari nyinyir juga macem-macem dari yang jelas-jelas terang-terangan diungkapkan orang, diomongin di belakang yang dinyinyirin, bahkan banyak juga yang kreatif sok-sok bikin sarkasme biar kelihatan intelek. Well, nyinyir mah nyinyir aja.

Nyinyir juga lama-lama jadi hal yang biasa, entah karena memang medsos macem lambe turah lagi menjamur. Atau karena memang dasar manusia aja yang suka gosip. Atau, bisa jadi karena orang-orang juga makin hari makin pintar untuk jadi ahli di bidang-bidang tertentu, jadi suka ngecap yang orang salah dan bla bla bla (thanks to google). Ada juga yang membanyol dan dijadiin lelucon waktu lagi kumpul. Wah, makin memasyarakat deh si nyinyir.

Dan sialnya adalah, nyinyir sepertinya udah jadi hal yang biasa, dan sering kita lontarkan tanpa sadar bahwa mungkin ada orang yang tersinggung sama nyinyiran kita. Karena… HEI! ini negara demokrasi kali, gue bebas mengutarakan pendapat gue. Yha, bener juga sih.

Tapi.. pernah nggak sih kita mikir, kalau nyinyir mungkin bisa berakibat fatal buat sebagian orang?

Denger cerita-cerita orang-orang bunuh diri akhir-akhir ini?

Saya yakin, mereka loncat atau gantung diri bukan karena kelewat baper. Karena memang, kehidupan mereka mungkin lebih buruk dari kita. Dan bukan berarti mereka gampang nyerah, justru mungkin mereka lebih kuat dari kita-kita karena harus menghadapi ujian yang lebih parah dari sekedar di delete kontak tindernya sama mbak2 yang udah ngobrol semalem suntuk sama kita.

Harsh.

“Kalo lu depresi ya banyak ibadah dong!” sebagian kita mungkin ngomong gitu.

Tapi mungkin, mereka udah ibadah semaksimal yang mereka bisa, tapi bisa jadi nggak menyelesaikan masalah.

“Curhat ke temen lah!”

Mungkin ada yang udah, tapi malah jadi bahan nyinyir kalian. Atau, karena saking takutnya dijudge sama kita yang suka nyinyir, mereka nggak berani cerita.

“Ya udah jangan dengerin kata orang lah, g****!”

Bisa jadi mereka udah berusaha keras untuk bodo amat. Tapi tetap nggak menolong juga.

“Ah, cengeng si Abdul aja yatim-piatu nggak dapet warisan tetep bisa jadi profesor kok.”

Ah, ini juga nih yang paling common, membandingkan masalah satu orang dengan orang yang lain.

Pada akhirnya, jujur aja (bahkan untuk saya sendiri) sangat gampang untuk menemukan alasan untuk nyinyir. Apalagi, memang banyak juga contoh yang bisa diambil dari orang-orang sukses di internet sana sehingga kita sering jadiin itu acuan untuk ceramahin orang-orang yang di posisi nggak enak.

Padahal, kenyataan yang mereka hadapi nggak segampang itu. Mungkin ada yang masalahnya terdengar sepele di pikiran kita, tapi belum tentu dia orang yang memang kuat untuk menghadapi itu. Karena, toh kemampuan orang untuk selesaikan masalah juga nggak selalu sama.

Dan hei, memang siapa sih kita bisa ngejudge masalah ini receh dan masalah yang itu berat?

Yang saya mau ingetin disini adalah semua orang punya pergulatan di diri mereka sendiri. They have their own struggle. Jadi, bukan hak kita untuk mengomentari itu.

Juga bukankah terlihat buruk banget kan kita kalau kita bukannya menolong, malah memperparah keadaan. Udah jatuh, tertimpa tangga, diketawain pula. Jahat amat kita ya.

Ibarat liat tetangga kelaparan, bukannya dikasih makan tapi malah ceramahin biar kerja keras, dan cari pekerjaan yang layak.

Jadi, please kawan-kawan sebisa mungkin untuk berhenti nyinyir kehidupan orang lain, dan berusaha memberikan moral support berupa empati terlebih dahulu. Coba juga mengandaikan gimana rasanya kita kalau ada di posisi mereka.

Karena kalau kita enggak berhati-hati, bisa jadi kita malah memperparah keadaan seseorang. Dan nggak menutup kemungkinan buat mereka untuk mengambil keputusan yang membahayakan nyawa mereka. Tanpa pikir panjang.

Sebisa mungkin untuk menjaga omongan. Don’t be a dick.

Akhir kata, kalau kamu memang merasa nggak bisa menolong, stop saying bad things about them. Be nice to everyone.

 

Leave a comment